Music Note - Background

Senin, 11 Juli 2016



Sosio-Drama Perang Diponegoro

                            Abad 19 rakyat Indonesia tengah menderita akibat kebijakan-kebijakan Belanda yang sangat merugikan. Ditengah kondisi ini, munculah seorang bangsawan ia merupakan anak sultan Hamengkubuwono III dengan nama Raden Mas Ontowiryo, atau yang lebih dikenal dengan pangeran Diponegoro. Melihat rakyat di negerinya sendiri menderita, ia berusaha menentang Belanda. Beginilah mulainya...
Tahun 1823,Smissaert diangkat menjadi residen di Yogyakarta. Ia amat membenci Pangeran Diponegoro. Ia bekerja sama dengan Patih Danurejo berusaha menyingkirkan Diponegoro dari Istana. 
Tahun 1825 Smissaert dan Danurejo
Smissaert             :    “Hai prajurit. Sekarang kalian pasang patok sebagai batas wilayah kekuasaaan kita. Pasang patok itu melewati pekarangan Diponegoro, aku ingin melihat bagaimana reaksinya.’’
Prajurit                 :    Baik tuan”
Mengetahui patok dipasang dipekarangannya, Pangeran diponegoro bereaksi.
PD                       :    Saudara-saudara saya minta tolong kepada kalian untuk mencabut patok  
                                  ini karena wilayah ini bukan wilayah milik belanda.” (serunya kepada rakyat)
Masyarakat berbondong-bondong mencabut pabrik itu dari pekarangan milik PD.
Mengetahui hal tersebut, Patih Danurejo kembali bereaksi.
Patih                    :    Pasang patok itu kembali dan jaga patok itu jangan sampai mereka
                                  mencabutnya lagi!” (perintahnya pada prajurit)
Para prajurit langsung melaksanakan perintah Patih, patok segera dipasang kembali.
Walaupun patok itu mendapat penjagaaan ketat, masyarakat tetap berusaha mencabut patok dengan segala keberaniannya. Kali ini mereka membawa tombak. Mereka mencabut patok dan menggantinya dengan tombak sebagai tanda perlawanan.

20 Juli 1825
Rakyat Tegalreja berkumpul di dalem Tegalreja dengan membawa berbagai senjata. Mereka siap mendukung perang melawan belanda bersama PD. Belanda datang dan mengepung Tegalreja, terjadilah pertempuran saat itu juga.
Rakyat                 :    Seraaaaaaaaaaaaaaaaaaang!!!!!.”
Prajurit                 :    “ Serbuuuuuuuuuuuuuuuuu!!!!!.”
(Terjadilah pertempuran sengit antara belanda dengan rakyat dibawah pimpinan PD) ditengah pertempuran, pangeran diponegoro berbisik kepada beberapa orang.
PD                       :    Kondisi kali ini makin menyulitkan kita, lebih baik kita menyingkir terlebih dahulu. Kita ke selatan, ke Bukit Selarong. Kita menyingkir perlahan, beritahu yang lain.”
Rakyat                 :    “ Baik Pangeran “
(Perintah itu dengan cepat menyebar di tengah peperangan. Rakyat menyingkir perlahan tanpa disadari oleh Belanda, hingga akhirnya rakyat meninggalkan arena pertempuran).

Di Gua Selarong

Rakyat                 :    “Pangeran gawat Pangeran, Pasukan Belanda mulai memasuki wilayah kita.”
PD                       :    “Ya, sabar tenang... sepertinya kita harus membuat benteng pertahanan. Kita akan bangun benteng disini. Lalu kita ungsikan para penduduk ke Dekso, Kulon Progo. Singgahlah disini terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan.”
Rakyat                 :    Bagaimana cara kami mengungsikan rakyat, Pangeran?“
PD                       :    Pindahkan mereka diam-diam. Jangan sampai Belanda tahu. Nah akan ada yang bertugas mengawasi Belanda. Mereka yang akan melaporkan situasi, kemudian kita putuskan akan melakukan pengungsian atau tidak.”
Rakyat                 :    “Baiklah, kalau seperti itu Pangeran. Kami akan sepenuhnya mendukung 
                                  perlawanan ini.”
Rakyat                 :    “Betul itu Pangeran.”
Pengungsian pun mulai dilakukan.
PD                       :    Sembari melakukan pengungsian, kita siapkan strategi untuk melawan Belanda. Saya sudah menyusun beberapa strategi. Yang pertama, kita serang Keraton Yogya dan isolasi Belanda. Jangan biarkan bantuan dari luar masuk. Strategi yang kedua, kirimkan utusan kepada para bupati atau ulama untuk mempersiapkan perang. Yang ketiga, saya meminta tolong kepada beberapa orang untuk menyusun daftar nama bangsawan, siapa yang kiranya kawan dan siapa yang kiranya lawan. Dan strategi yang terakhir, saya akan membagi Kesultanan Yogyakarta menjadi beberapa mendala perang. Ada yang masih kurang jelas dengan strategi saya?”
Rakyat                 :    Siap! Kami sudah mengerti Pangeran.”
PD                       :    “Baiklah, akan saya lanjutkan. Saya sudah menentukan siapa saja yang akan menjadi komandan ditiap-tiap mandala. Misalnya, Yogyakarta dan sekitarnya di bawah komando Pangeran Adinegoro, Bagelen diserahkan kepada Pangeran Suryokusumo dan Tumenggung Reksoprojo, Kedu diserahkan kepada Kyai Muhammad Anfal dan Mulyosentiko, Lowanu diserahkan kepada Pangeran Abubakar dan Pangeran Muhammad, Kulon Progo diserahkan kepada Pangeran Adisuryo dan Pangeran Somonegoro, Yogyakarta bagian utara dipimpin oleh Pangeran Joyokusumo, Yogyakarta bagian timur diserahkan kepada Suryonegoro; Somodiningrat; dan Suronegoro, Gunung Kidul dipimpin oleh Pangeran Singosari, Plered dipimpin oleh Kertopengalasan, Pajang diserahkan kepada Warsokusumo dan Mertoloyo, Sukowati dipimpin oleh Tumenggung Kertodirjo dan Mangunnegoro, Gowong dipimpin oleh Tumenggungg Gajah Pernolo, Langon dipimpin oleh Pangeran Notobroto Projo, dan Serang dipmpin oleh Pangeran Serang.”
Rakyat                 :    “Kami setuju Pangeran. Mereka memang orang-orang yang pantas menjadi pemimpin kami.”
PD                       :    “Oya, saya juga mengutus Mangkubumi, Ali Basyah Sentot Prawirodirjo (sebagai Panglima Muda), Kiyai Mojo dan Nyi Ageng Serang sebagai pendamping saya.”

 

Perluasan perang di berbagai daerah

                            Perlawanan Pangeran Diponegro terus meningkat sehingga dapat menguasai beberapa pos pertahanan Belanda. Pergerakan pasukan Pangeran Diponegoro meluas ke berbagai daerah di Jawa. Semua kekuatan dari rakyat, bangsawan dan para ulama bergerak untuk melawan kekejaman Belanda.
Prajurit Belanda  :    Lapor komandan, perlawanan Diponegoro semakin meluas. Beberapa pos pertahanan kita dapat dikuasai mereka. Prajurit kita tak dapat membendung serangan mereka. “
Jendral De Kock :    Bagaimana ini bisa terjadi? Sebaiknya kita harus meningkatkan kekuatan. Segera kirim beberapa komandan tempur ke berbagai daerah pertempuran dan datangkan bantuan tentara terutama dari Sumatra Barat! Hancurkan pos-pos pertahanan Diponegoro!!”
Prajurit Belanda :    “Siap Jendral“

 

4 Oktober 1825

Komandan           :    “Ini dia sasaran pertama kita, Gua Selarong. Prajuriiiiiit seraaaaang!! “
Prajurit Belanda  :    Seraaaangg!!”
Komandan           :    “Tunggu….! Sepertinya ada yang aneh dengan tempat ini. Disini sangat sepi, jangan-jangan mereka telah pergi meninggalkan tempat ini, atau ini hanya siasat mereka saja. Waspadalah! Segera sisir segala penjuru tepat ini!
Prajurit Belanda  :    Laksanakan Komandan!
Prajurit Belanda  :    Maaf komandan, kami sudah menyisir segala penjuru daerah ini, tetapi disini sudah kosong, tak ada siapapun disini.”
Komandan           :    Sial! Cerdik juga mereka, sebaiknya kita kembali saja ke markas.”
Prajurut Belanda :    Baik komandan.”
Ternyata pos pertahanan Diponegoro sudah dipindahan ke Dekso dibawah pimpinan Ali Basyah Sentot Prawiryodirjo. Pada tahun 1826 pasukan ini berhasil mengalahkan tentara Belanda di daerah-daerah bagian barat Jawa. Sementara itu, di Gunung Kidul pasukan Diponegoro juga mendapatkan berbagai kemenangan.
Perlawanan pasukan Pangeran Diponegoro senantiasa bergerak dari pos pertahanan yang satu ke pos yang lain. Pengaruh perlawanan Pangeran Diponegoro semakin meluas untuk itu Belanda memutar otak untuk menghadapi pasukan Diponegoro.

Markas Belanda di Magelang

Jendral De Kock :    Apa saja yang kalian lakukan? Kenapa pasukan Diponegoro masih berkeliaran dan kondisi kita malah semakin terdesak?”
Kolonial Jan B.C :    Maaf Jendral, selama ini kami telah melakukan segala cara, tetapi strategi kita selalu dapat digagalkan dengan strategi gerilya mereka. Pasukan kita tidak terbiasa dengan medan hutan, sehingga kami tak dapat menahan serangan mereka. Kita harus mencari strategi lain, Jendral.”
Jendral De Kock :    Lalu, apa strategi selanjutnya yang akan kau gunakan?”
Kolonial Jan B.C :    Begini Jendral, menurut saya strategi kita harus diubah dengan menggunakan strategi benteng stelsel. Strategi ini sangat berhasil ketika saya melawan pemberontak kala itu.
Jendral De Kock :    Begitu ya... Baiklah jika itu menurutmu strategi yang dapat membawa kita pada kemenangan, segera lakukan dan rebut semua daerah kekuasaan kita dulu!”
Kolonial Jan B.C :    Baik laksanakan Jendral!”
Bergeraklah pasukan Belanda dengan strategi benteng stelsel yang sedikit demi sedikit dapat mengatasi perlawanan Diponrgoro. Pada tahun 1827, pasukan Diponegoro di beberapa tempat berhasil dipukul mundur oleh pasukan Belanda dan Magelang dijadikan pusat kekuatan militer Belanda. Dengan strategi ini, ruang gerak pasukan Diponegoro semakin sempit. Para pemimpin yang membantu Pangeran Diponegoro mulai tertangkap.
Keadaan semakin berbanding terbalik. Hal ini membuat Pangeran Diponegoro berpikir  sejenak langkah apa yang akan mereka tempuh selanjutnya.

Melangi, 18 November 1828

Akibat konflik antara Kyai Mojo dengan Pangeran Diponegoro, Kyai Mojo besertapasukannya menemui Belanda untuk berunding. Akan tetapi, dengan tipu daya Belanda serta dengan iming-iming kekuasaan dan harta, Kyai Mojo beserta pasukannya menyerahkan diri kepada Belanda dan mereka diasingkan dari tanah Jawa.

Pegunungan Kelir, 21 September 1829

Rakyat            :    “Bagaimana ini, Pangeran? Pasukan kita semakin terdesak. Apalagi dengan penyerahan diri Kyai Mojo membuat pertahanan kita semakin melemah.”
PD                  :    “Tenang saudara-saudara…. Kita harus sabar menghadapi semua ini. Kita harus tetap berjuang demi merebut kemerdekaan untuk bangsa ini sampai titik darah penghabisan! Allahu Akbar!”
     Rakyat            :    “Allahu Akbar! Allahu Akbar! Merdekaaa!”
Berbagai penyerangan tetap dilakukan Pangeran Diponegoro dan pasukannya meski dalam keadaan sulit. Strategi Benteng Stelsel telah memutus jalur pembekalan pasukan Pangeran Diponegoro. Rakyat dan pasukan pun dalam kondisi tertekan dan menderita.
Setahun setelah ditangkapnya Kyai Mojo, Ali Basyah Sentot Prawirodirjo beserta pasukannya juga menyerahkan diri karena kekalahan yang mereka alami saat melawan Belanda. Mereka luluh dan menerima ajakan untuk berunding. Ditandatanganilah Perjanjian Imogiri antara Sentot Prawirodirjo dengan pihak Belanda pada tanggal 17 Oktober 1829. Isi perjanjian tersebut antara lain:
1.      Sentot Prawirodirjo diizinkan untuk tetap memeluk agama Islam.
2.      Pasukan Sentot Prawirodirjo tidak dibubarkan dan ia tetap sebagai komandannya.
3.      Sentot Prawirodirjo dengan pasukannya diizinkan untuk tetap memakai sorban. Sebagai kelanjutan perjanjian itu, maka pada tanggal 24 Oktober 1829 Sentot Prawirodirjo dan pasukannya memasuki ibu kota negeri Yogyakarta atau secara resmi menyerahkan diri

Magelang, 28 Maret 1830

Penyerahan diri atau tertangkapnyya para pemimpin pengikut Pangeran Diponegoro, menjadi pukulan berat bagi perjuangan Pangeran Diponegoro. Ditambah lagi dengan adanya sayembara Belanda yang akan memberikan 20.000 ringgit bagi siapa saja yang dapat menyerahkan Pangeran Diponegoro, baik dalam keadaan hidup maupun mati. Tetapi nampaknya tidak ada yang tertarik dengan sayembara tersebut. Sampai pada akhirnya….
Rakyat            :    “Pangeran, kondisi kita semakin sulit. Kekalahan demi kekalahan telah kita alami. Kita tidak bisa terus begini, Pangeran.”
PD                  :    “Benar juga perkataanmu. Dengan mempertimbangkan keadaan kita sekarang, bagaimana kalau kita bicara baik-baik saja dengan orang-orang Belanda itu agar tidak terjadi lagi pertumpahan darah diantara kita?”
Rakyat            :    “Tapi…. Apakah Pangeran yakin? Seperti yang kita tahu, mereka itu sangat sangat licik, Pangeran.”
PD                  :    “Ya aku tahu itu. Tetapi dengaan keadaan kita yang semakin sulit ini, kita tidak mungkin mengangkat senjata, pasukan kita telah melemah dan berkurang. Yang ada, kita semua akan gugur di medan perang. Saya pun telah memertimbangkan segala resiko kedepannya.”
Rakyat            :    “Jika menurut Pangeran itu adalah keputusan yang terbaik, kita hanya bisa berdoa dan berharap. Semoga kita semua diberi keselamatan untuk membela tanah air tercinta ini.”
    PD                   :    “Kalau begitu, temani aku menemui mereka sekarang.”
    Rakyat             :    “Baik, Pangeran.”
Pangeran Diponegoro pun memutuskan untuk berunding dengan Belanda agar beberapa wilayah tidak terkait perang dan tidak ikut menderita.
Prajurit Belanda  :    “Lapor Jeendral! Di depan markas kita ada Pangeran Diponegoro beserta
                                 pasukannya.”
Jendral De Kock :    “Apakah mereka membawa senjata?”
Prajurit Belanda  :    “Tidak, Jendral.”
Jendral De Kock :    “Bagus, bagus. Ini pertanda baik bagi kita. Kejutan apa yang akan mereka  
                            berikan untuk kita? Hahaha. Bukakan gerbang untuk mereka dan terima mereka dengan baik, serta tetap waspada!”
Prajurit                 :    “Laksanakan, Jendral!”
Datanglah Pangeran Diponegoro beserta pasukannya ke markas Belanda.
Jendral De Kock :    “Selamat datang Diponegoro. Gerangan apa yang membuat kau sampai datang
                                 kemari menemuiku? Akankah kau ingin berdamai denganku? Hahaha.”
Pangeran Diponegoro pun menjelaskan maksud serta tujuan kedatangnnya ke markas Belanda. Terjadilah perundingan yang sengit diantara mereka. Kemudian, dengan tipu daya dan muslihatnya, De Kock berhasil menangkap Pangeran Diponegoro setelah pertemuan itu selesai. Selanjutnya, Pangeran Diponegoro dibawa ke Batavia untuk kemudian diasingkan ke Makassar.
Dengan tertangkapnya Pangeran Diponegoro membuat perlawanan di Jawa selama 5 tahun setelahnya padam. Banyak kerugian yang dialami kedu belah pihak. Akan tetapi, perlawanan Diponegoro ini menjadi inspirasi untuk perlawanan selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar